Munculnya wacana tentang Zionisme telah
lama mendapat perhatian khusus dari masyarakat internasional. Terutama,
ketika keyakinan tersebut menginginkan untuk membentuk Negara independen
(Negara Israel) sebagai perwujud dan “perasaan” dipilih oleh Tuhan.
Untuk mengetahui lebih jelasnya tentang setiap
kejahatan yang didalangi oleh Yahudi, selayaknya kita perlu menelaah
ulang pernyataan D’Esraeli dalam bukunya Coningsby (p.25), “Dunia
sekarang diperintah oleh orang-orang dengan cara yang berbeda dari apa
yang ada dalam pikiran orang-orang yang tidak mengerti hakekat
persoalan”.
Begitu juga dengan Otto Von Bismarck yang menggambarkan
adanya sebuah kekuatan yang tidak terlihat, namun keberadaannya bisa
dirasakan, hal ini yang biasa dinamakan dengan Imponderabilia, yang artinya “Tidak Bisa Dibayangkan”.
George Dallon dalam “The War Of Anti-Christ With The Chwirtian Civilization”
menyimpulkan, bahwa para anggota Freemasonry tidak menyadari adanya
persekutuan rahasia dibalik organisasi tersebut, bahkan pemimpin serta
anggotanya, dibalik ini semua tidak lain adalah adanya “Tangan
Tersembunyi” Yahudi yang mendalangi seluruh persekutuan tersebut.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh
Yahudi di atas dapat diketahui bahwasannya “gerakan terselubung” yang
dilakukan oleh sesepuh Zionis akan lebih mudah dalam menguasai dunia.
Sebab semua agenda telah tersusun rapi dalam dokumen-dokumen yang
dicantumkan dalam protokol Yahudi. Karena gerakan Zionisme yang
diciptakan oleh mayoritas kaum Yahudi merupakan rancangan besar yang
mensyaratkan terciptanya Negara Yahudi yang nantinya tidak menutup
kemungkinan mampu menguasai dunia internasional.
Maka untuk mengetahui rancangan besar tersebut akan diuraikan
oleh penulis khususnya yang berhubungan dengan ideology konspirasi
Yahudi sebagai usaha menguasai dunia dan menjadikan Negara non-Yahudi
sebagai budak yang akan melayani para Zionis Israel.
Zionisme Sebagai Gerakan Politik
Untuk menentukan siapa sebenarnya kaum Yahudi pada hakekatnya
tidak ada patokan khusus didalamnya. kaum Yahudi seringkali mengklaim
bahwa mereka adalah keturunan Abraham dari garis Abraham-Isaaq-Jacob.
Namun pada kenyataannya mereka sendiri kesulitan dalam menentukan siapa
yang patut disebut sebagai Yahudi. Istilah “Yahudi” (Inggris: Jews, Prancis: Juif) sebagai bangsa dan agama diambil dari kata Latin “Judaeus” yang seringkali menunjuk bangsa Yahudi atau Israel (Jacob).
Dalam perjanjian lama, istilah ini menunjuk pada rakyat
kerajaan Judah yang dikontraskan dengan gentelis (non Yahudi), sedangkan
dalam perjanjian baru, istilah jew diterapkan untuk orang yang secara etnis atau agama adalah Yahudi, namun lebih menekankan unsur etnis. [Baca: “Tinjauan Historis, Konflik Yahudi, Kristen, Islam” Adian Husaini, Jakarta: GIP, 2004, p.19]
Sebagian sejarahwan berpendapat, bangsa Yahudi merupakan bangsa campuran (mixed race)
yang dipersatukan oleh satu nasib dan watak. Mereka mengembara
sebagaimana kaum Gypsy pada masa jahiliyah, atau Syatharien dan Iyarien
(vaga bonds) pada masa Abbasiyah. Dalam pengembaraanya kaum Yahudi telah
menyerbu dan merampok harta penduduknya, kemudian membentuk komunitas
yang memiliki karakteristik tersendiri dan bahasa campuran antara bahasa
klasik seperti Syiriak, Akidan dan Bahasa Phisian. Dasar yang melandasi
pola pikir dan tingkah laku Yahudi tidak lain adalah ajaran Talmud yang
masih mereka pegang sebagai kunci rahasia karena hanya mereka sajalah
yang lebih mengetahui akan isinya. Sampai sini dapat kita katakan, agama
Yahudi yang cenderung sebagai agama samawi sekarang telah menjadi
“Organisasi Rahasia” yang menginginkan berdirinya 1000 negara Yahudi di
seluruh pelosok dunia.
Tentang Zionisme telah banyak dijabarkan oleh Nathan Birnbaun dalam jurnal Selbstermanzipation
tahun 1890 dan telah diadopsi oleh Theodor Herzl dan pengikutnya pada
kongres pertama tahun 1897. Theodor Herzl (1860-1904) adalah tokoh utama
Zionis modern, ia lahir pada 2 mei 1860 di Pesta (tahun 1872, berubah
nama menjadi Budapeit). Hungaria dan meningal 3 Juli 1904 di Austria, ia
dijuluki sebagai “The Father of Modern Zionism”, ayahnya bernama
Jacob, seorang bankir dan bisnisman yang sukses, ia berinisiatif
bahwasannya permasalahan kaum Yahudi akan mampu terselesaikan dengan
menggunakan teori “Asimilasi”, untuk mendirikan suatu Negara Yahudi.
Sebagai bukti dari keseriusannya, ia berhasil mengadakan
kongres Zionis pertama, dalam catatan hariannya yang terkenal setelah
kongres Zionis 1 berbunyi: “…saya telah mendirikan Negara Yahudi,
jika aku mengatakannya hari ini, aku akan ditertawakan oleh seluruh alam
semesta, dalam waktu lima tahun, mungkin. Dan dalam waktu lima puluh
tahun pasti, setiap orang akan menyaksikannya”. Hal itupun terbukti setelah berdirinya Negara Israel pada 14 mei 1984, tepatnya 50 tahun 3 bulan.
Sebagaimana contoh lainnya telah dikatakan oleh Ben Gurion
(nama aslinya David Gruen), pemimpin Zionis Israel, pada tanggal 31
Agustus 1949.
“Walaupun kami merealisasikaan mimpi kami untuk
menciptakaan sebuah Negara Yahudi, kami masih berada dalam tahap
permulaan. Tugas masa depan kami adalah membawa seluruh orang Yahudi ke
Israel. “ [“Armageddon, Peperangan Akhir Zaman Menurut Al-Qur’an, Hadits, Taurat Dan Injil, “ Ir. Wisnu Sasongko, M.I, GIP, 2003]
Dari sini dapat diketahui bahwa agenda-agenda yang
direncanakan bukan hanya wacana yang bersifat sementara, namun agenda
tersebut bagaikan ular berbisa yang siap memangsa Negara manapun yang
berusaha untuk menghalangi usahanya. Meskipun butuh waktu bertahun-tahun
untuk merealisasikannya.
Menurut Roger Geraudy, Zionisme menganut Rasisme sebagai
sebuah gerakan politik. Paham ini berpautan secara sempurna yang
mengilhami segala undang-undang serta tindakan Israel. Rasisme ini
merupakan prinsip utama yang mengorganisasikan rencana yang telah
disusun oleh Theodor Herzl sebagaimana telah diungkapkan dalam bukunya
“The Jewish State”. Berbagai bentuk rasisme ini juga banyak diungkap
dalam dokumen-dokumen rahasia sesepuh Zionis sebagaimana dalam diary
catatan-catatan hariannya yang dipaparkan secara mendetail mengenai
program Zionis Yahudi dalam upaya menguasai dunia dengan jalan
menghalalkan berbagai cara..
Setelah berhasil mendirikan Negara Yahudi (Israel) pada tahun
1984 dan menyatukan pikiran untuk segera mengumpulkan seluruh kaum
Yahudi disatu Negara (tanah palestina yang dijanjikan), mereka membentuk
satu peradaban baru hingga saat ini masih dipertahankan. Peradaban
tersebut adalah sekularisasi agama. Israel modern yang merupakan produk
dari sekularisme dan kecenderungan beragama masih memiliki hubungannya
dengan Zionis. Terkecuali dengan kelompok anti Zionis dari kaum Yahudi
di dunia, adapun karakter yang dimiliki Negara Yahudi yaitu beragama dan
sekuler, bahkan mereka meyatupadukan antara keduanya. Hal inilah yang
saat itu dan nantinya akan dijadikan doktrin utama untuk menguasai
kebijakan-kebijakan Negara lainnya seperti, melumpuhkan perekonomian,
agama, budaya, bahkan ilmu pengetahuan pun akan mereka sekulerkan dengan
cara mereka.
Dari penggunaan istilah Zionisme untuk memberi nama gerakan
politik sekuler pragmatis kaum Yahudi, telah tampak betapa cerdas kaum
Yahudi dalam menyusun ideology mereka.
Karen Armstrong menulis dalam bukunya “A History of Jerussalem”,
meskipun banyak aktivis sesepuh Zionis adalah orang sekuler yang tidak
lagi percaya teologi tradisional judaisme, mereka telah menyebut gerakan
mereka dengan salah satu nama kota suci, tempat untuk masa yang panjang
memiliki persepsi sebagai penyelamatan. Mereka juga mengekspresikan
tujuan-tujuan mereka dalam perumpamaan Yahudi konvensional,” demikian
tulisnya.
Rencana yang tertanam dalam ideology Zionis bukan hanya
permainan politik semata melainkan rencana setan yang akan menjebak
dunia internasional kedalam lubang hasil konspirasi.
Propaganda yang lama dilakukan oleh Zionisme terhadap Negara
lain hanyalah sebagai gerakan politik yang direncanakan untuk
memperlancar jalan menguasai dunia.
Sebagaimana diungkapkan oleh R. Garaudy, ada tiga serangkai
penjahat Zionis yang selalu mencari jalan untuk memprofokasi terjadinya
bentrokan antar Negara maupun manusia demi kepentingan politik Yahudi.
Pertama: Begin yang oleh Ben Gurion digambarkan
sebagai “tipe manusia Hitler yang paling lengkap”. Ia berhasil
melakukan serangan terhadap orang Palestina pada 14-15 oktober 1953.
Kedua: Ariel Sharon. Ia orang kedua Zionis yang membantai Bani Suheila di Khan Yunis pada malam 31 agustus 1955.
Terakhir, Itzhak Shamir. Ia dikatakan manusia
yang paling getol berbuat rasisme demi terbentuknya Negara Yahudi di
Palestina, di sinilah letak politik yang berpedoman pada pragmatis serta
rasisme, Adapun gerakan politik yang mulus bahkan hampir tidak
diketahui oleh khalayak ramai tersebut terjadi karena adanya konspirasi
yang berasaskan Ideologi Zionis.
Ideologi Konspirasi: Penghancur Dunia
Sejak berabad-abad silam, Israel tak pernah berhenti
melakukan kekejaman kepada rakyat palestina, sejak sebelum pemerintahan
Turki Ustmani (Ottoman dibawah pimpinan sultan Abdul Hamid II (1876-1909
M), Perang Salib, hingga kini. Baik di Palestina, Inggris, Spanyol
hingga Negara lain, Israel terus memerangi umat islam. Sifat kejam dan
angkuh memang sudah menjadi sifat kaum Yahudi. Mereka ingin menampakkan
bahwa Israel adalah Negara Yahudi yang dipilih tuhan sebagai tuan di
dunia ini dan Negara lainnya merupakan pembantunya.
Negara Israel merupakan wilayah kecil tidak lebih dari 8000
mil atau 28.000 km persegi. [Baca: Lihat Tulisan Don Peretz &
Glideon Doron, Dalam “The Government And Politics Of Israel”, 1997, P.].
Yahudi, dengan penduduk sedikit tidak pernah merasa canggung
untuk menyerang Negara yang lebih luas dan lebih banyak penduduknya
sebab mereka memiliki kekuatan militer serta mendapat dukungan penuh
dari Negara yang berhasil mereka lobie demi tercapainya rencana untuk
menghancurkan islam. Sebagai misal,
Penyerangan Israel
terhadap palestina yang mendapatkan dukungan dari kalangan Kristen
fundamentalis dengan menggunakan hak historis Israel atas palestina,
dengan merujuk pada kitab kejadian 12:3 “aku akan memberkati
orang-orang yang memberkati engkau dan mengutuk orang-orang yang
mengutuk engkau dan olehmu semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat”. Dengan ini Zionis merasa ada kewajiban untuk memerangi siapapun yang mereka anggap sebagai musuh penghalang tujuan.
Gerakan Zionis yang disebut dengan Fremansory merupakan
organisasi rahasia yang menegaskan nilai humanisme daripada keagamaan.
Gerakan ini didirikan di London pada 1717, pengaruh fremansori terhadap
gerakan revolusioner Jeunes Turcs (orang turki muda), yang pada tahun
1908 menggulingkan pemerintahan otoriter Sultan Abdul Hamid II. Gerakan
ini terdiri dari perwira muda dan cendekiawan yang dipengaruhi pemikiran
revolusi Perancis. Basis utamanya adalah kota Selanik (Thessaloniki,
sekarang di Yunani), kota Ustmani yang paling modern dengan penduduk
Yahudi yang paling banyak.
Di Indonesia, gerakan ini pernah mempengaruhi organisasi Budi
Oetomo, dalam organisasi ini terdapat anggota Fremasonry yaitu
Tirtokoesoemo), gerakan tersebut dikepalai oleh Weiz Howight yang
kemudian diberi nama samaran “perkumpulan cendekiawan Zion” yang oleh
Yahudi disebut dengan perkumpulan nurani Yahudi.
Menurut Don Peretz & Glideon Doron, rahasia Zionisme
terletak pada adanya persekongkolan (konspirasi) antara Zionis dengan
“kemanusiaan”. Adanya singgungan kebenaran dengan kejahatan menjadi satu
sumber utama yang mana kebenaran diwakili oleh keberadaan agama samawi
sedang yang lain lebih bersifat membinasakan. Konspirasi tersebut telah
menjadi latar belakang berbagai sejarah, prinsip kemanusiaan digunakan
sebagai senjata yang akan meletakkan paham atheisme dan menghancurkan
Negara islam.
Jendral Pyke penerus pimpinan tertinggi kekuatan setan dan
juga pimpinan konspirasi internasional sebagai pewaris Freemasonry,
pernah menulis surat yang ditujukan kepada Freemasonry pusat (Amerika,
14 Juli 1889) yang menginginkan pembentukan formasi baru sebagai
penentang kebenaran. Surat tersebut berisikan ideologi konspirasi mereka
yang selama ini terselubung dan dijadikan pedoman bagi Zionisme
internasional. Adapun tujuan pembentukan organisasi rahasia dan
terselubungnya rahasia konspirasi serta idelogi konspirasi yang
didasarkan pada jabatan dan golongan inilah yang menjadikan para
pengamat sejarah sulit untuk mengungkap rahasia konspirasi dan hakekat
Freemasonry.
Di antara isinya adalah sebegai berikut: “kita harus
mengatakan kepada umum, bahwa kita menyembah tuhan. Namun tuhan kita
tidak lebih dari sekedar ungkapan ketakutan manusia kepada hal-hal yang
tidak diketahui dengan pasti. Kita telah sampai pada tingkat pengetahuan
tinggi harus mempertahankan keberhasilan iman sejati kepada ketuhanan
setan. Benar, setan adalah “tuhan” kami. Hanya karena nasib buruk
semata, tuhan allah juga disebut tuhan. Karena keberadaan dua tuhan yang
saling bertentangan merupakan keharusan, maka tidak ada tuhan kecuali
allah dan setan. Oleh karena itu, kita yakin bahwa hanya menyembah setan
saja termasuk kekufuran nyata. Sebab. Kebenaran filsafar menunjukkan
bahwa allah dan setan adalah dua tuhan dan punya kedudukan sejajar, dan
setan adalah tuhan cahaya dan kebaikan. Tuhan setanlah yang sejak dulu
hingga sekarang masih tetap menentang allah, tuhan kegelapan dan
kejahatan.”
Dari sini dapat diketahui bahwasannya konspirasi yang
dilakukan Zionis bersama sistem politik Negara yang mendukung kejahatan
Yahudi memiliki tujuan yang satu. Mereka bersama menginginkan hancurnya
dunia atau terhapusnya Islam dari muka bumi sehingga mereka leluasa
untuk mendirikan Negara Yahudi di Palestina sebagai bentuk janji Tuhan.
Untuk itu mereka melakukan berbagai konspirasi besama Negara yang telah
berhasil dihasut. Sementara itu, kepandaian kaum Yahudi telah
dimanfaatkan sebagai penggerak gerakan rahasia (Freemasonry) demi
terwujudnya keinginan menguasai dunia.
Rasisme sebagai gerakan
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Zionis
merupakan gerakan yang menjadikan rasisme sebagai asas gerakan
politiknya. Mereka melakukan berbagai konspirasi berdasarkan kitab
Talmud. Dengan keyakinan sebagai umat yang terpilih dan berhak atas kota
suci (Palestina) maka kaum Zionis yakin akan keharusan melakukan
segalanya (termasuk kekejaman dan penindasan), pernyataan Talmud inilah
yang dijadikan sebagai ideology konspirasi mereka.
Untuk itu, solusi yang tepat adalah dengan memperluas
pengetahuan tentang keberadaan agen Zionis yang lebih bersifat tertutup.
Di samping itu sikap analisis kritis terhadap setiap kondisi sangatlah
mendominasi terbentuknya kekuatan ideologi sehingga nantinya mampu
menumbuhkan pribadi yang tangguh dalam menyikapi permasalahan yang ada. Wallahu A’lam[hidayatullah.com]