Rabu, 05 Desember 2012

Haul Sunan Bonang bagai pisau bermata dua

Pada bulan muharram kemarin agtau dalam penanggalan jawa disebut dengan bulan suro, merupakan bulan yg sangat dimuliakan di dlam islam kaarena  Muharram menjadi salah satu dari empat bulan suci yang tersebut dalam Al-Quran. "Jumlah bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, tersebut dalam Kitab Allah 
pada hari Dia menciptakan langit dan bumi. Di antara kedua belas bulan itu ada empat bulan yang disucikan."
Keempat bulan itu adalah, Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab.

Bagi masyarakat kota Tuban khususnya bulan Muharram atau bulan Suro merupakan bulan istimewa karena pada bulan itu diperingati haul Sunan Bonang,Sunan Bonang dilahirkan pada tahun1456, dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim. Dia adalah putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila. Bonang adalah sebuah desa di kabupaten Rembang Jawa Tengah. sampai sekarang masih ada perbedaan pendapat terkait makam sunan bonang yang asli. Lokasi makam Sunan Bonang ada dua yaitu di daerah Rembang dan Tuban. Namun, yang sering diziarahi adalah makamnya di kota Tuban  hal itu terjadi karena konon, saat beliau meninggal, kabar wafatnya beliau sampai pada seorang muridnya yang berasal dari Madura. Sang murid sangat mengagumi beliau sampai ingin membawa jenazah beliau ke Madura. Namun, murid tersebut tak dapat membawanya dan hanya dapat membawa kain kafan dan pakaian-pakaian beliau. Saat melewati Tuban, ada seorang murid Sunan Bonang yang berasal dari Tuban yang mendengar ada murid dari Madura yang membawa jenazah Sunan Bonang. Mereka memperebutkannya. Peringatan haul ini diadakan karena adanya tujuan yang penting yaitu mengenang jasa dan hasil perjuangan para tokoh, dalam hal ini adalah Sunan Bonang  dan tidak tanggung-tanggung jumlah peziarah yang hadir mncapai ribuan dari berbagai daerah di pulau jawa bahkan ada juga yang dari luar pulau jawa. banyak peziarah mulai dari kaalangan rang tua, remaja, dan anak-anak yang memadati seluruh area di sekitar makam  warga rela bejubel dan saling berdesakan agar dapat masuk dan berziarah ke makam. hal inilah yang membuat beberapa warga di kota Tuban kebanjiran rejeki, banyak lapak-lapak dadakan yang menjual aneka macam jajanan dan asesoris khas kota Tuban. Tidak bisa dipungkiri dengan adanya acara haul Sunan Bonang ini memang mendatangkan rejeki bagi masyarakat kota Tuban namun demikian di sisi lain acara-acara semacam ini sarat dengan nuansa syirik, karena banyak diantara masyarakat yang datang begitu, mengkultuskan sosok seorang Sunan Bonang sampai-sampai ada yang berdoa kepada beliau, tentu jika Sunan Bonang masih hidup beliau tidak akan suka dengan semua ini, dan yang membuat saya miris banyak lapak -lapak yang menyediakan jimat-jimat pengasihan dsb. selain itu banyak di kalangan remaja menjadikan acara haul ini hanya sebagai sarana rekreasi, di sekitar areal makam saya melihat banyak pasangan muda mudi bergandeng mesra tentu smua itu sangat tidak sesuai dengan ajaran islam yanhg membatasi pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim lebih-labih hal ini dilakukan ketika peringatan acara haul, memang lokasi makam berada dalam posisi yang strategis karena berdekatan dengan alun-alun kota, namun demikian tidak seharusnya acara haul ini di kotori dengan banyaknya remaja yang berpacaran.

Peran pemerintah, masyarakat dan para alim 'ulama sangat diperlukan untuk kembali meluruskan makna haul itu, agar masyarakat tidak terjerumus dalam jurang kesesatan, selain itu hendaknya orang tua membatasi pergaulan anaknya dengan lawan jenis agar tidak terjerumus kedalam zina. Untuk itu mari kita bergerak bersama-sama untuk menjadikan kota Tuban sebagai Bumi Wali yang Beriman, Tertib, dan Aman. Wasssalaam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar